Keragaman Hayati: Hidup Dan Mati Manusia
Dok| Abu |
Oleh: Abu Aman
Kejadian gajah mengamuk di
permukiman warga dan menewaskan seorang perempuan merupakan hal sudah sering
terjadi di Jalan
Padat Karya, Dusun Sialang Rimbun, Desa Muara Basung, Kecamatan Pinggir, Kabupaten
Bengkalis, Riau (Sindonew, 13/02/17). Kejadian hewan mengamuk atau mendatangi
permukiman penduduk merupakan kasus yang terjadi di dearah-daerah yang dekat
dengan hutan. Seperti kejadian yang dialami oleh masyarakat Pengunungan Muria, setiap
tahun merasa resah lantaran satwa liar sering mengunjungi permukiman warga
untuk mencari makan, seperti harimau tutul dan kawasan monyet (Kompas,19/12/12).
Kejadian
satwa mengamuk bukan serta merta, melainkan ada penyebab yang membuat hewan keluar
dari hutan lantaran tidak nyaman lagi. Saat tempat hidupnya diganggu, maka akan
menimbulkan kejadian-kejadian seperti diatas. Bahkan bisa lebih besar lagi
satwa yang datang dan menggagu permukiman penduduk.
Menurut
data-data yang menyebabkan kerusakan flora dan fauna di Indonesia dan marahnya
satwa. Sebab banyak penebangan pohon sembarangan, kebakaran hutan, penangkapan
satwa dan lain-lainnya. Sedangkan Data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) menyebutkan, indikasi areal kebakaran hutan dan lahan pada 9
September 2015-di Kalimantan dan Sumatera seluas 190.993 hektar. Luasan
tersebut terdiri dari 103.953 hektar di lahan pemanfaatan, 29.437 hektar di
lahan perkebunan dari pelepasan, dan 58.603 hektar di lahan bidang tanah Badan
Pertanahan Nasional (BPN) (Kompas, 03/10/15).
Jika
peristiwa-peristiwa hutan Indonesia tidak secepatnya diselesaikan dan hanya
dibiarkan terjadi. Kemungkinan besar akan terjadai yang namanya kerusakan
besar, banjir bandang, gempa bumi, dan kerusakan ekosistem tanah dan punahnya
flora dan fauna. Jika manusia tidak lagi memperdulikan lingkungan terutama
hutan, kehidupan manusia yang secara jelas hidup dari hutan dan memproduksi dan
mengkonsumsi dari hutan akan jelas mengurangi. Contoh kecilnya jika hutan tidak
dilestarikan makan akan terjadi kebakaran hutan yang telah membuat salah satu
penduduk Kalimantan meninggal dunia sebab menderita infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA).
Indonesia
memang negara yang beranekaragam baik budaya, bahasa, suku, warna kulit, dan keanekaragaman
hayati. Disetiap daerah Indonesia memiliki dan keanekaragaman hayati masing-masing
yang menjadikan pulau-pulau Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang.
Bahkan Indonesia salah satu pemilik hutan huhan tropis terluas ketiga di dunia.
Selain itu, Indonesia juga tujuh belas negara yang memiliki kekayaan
keanekaragaman hayati.
Menurut Leony Aurora, Ketua
perkumpulan hutan itu Indonesia kawasan hutan Indonesia mencapai 133 juta dan
merupakan rumah bagi 10 persen jenis flora di dunia, 12 persen jenis mamalia,
dan 17 persen jenis burung. Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia haruslah
dipertahankan dan dilestarikan sebab kakayaan tersebut merupakan hidup dan
matinya manusia.
Menurut Eric Weiner sabagai
penulis buku “The Geography Of Genius” yang telah menjelajahi dunia untuk
mencari tahu hubungan antar lingkungan dan ide-ide inovatif, Ketika
pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan
terakhir ditangkap, Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat
memakan uang.
Pohon yang ada dihutan memang dianggap remeh dan akan
bertumbuh kembali serta tidak akan berpengaruh besar terhadap filora, fauna dan
kehidupan manusia. Namun saat meresapi kata-kata Eric Weiner akan menyadari
betapa besar alam ini telah memberikan kehidupan yang luar biasa.
Setelah hutan gundul dan bencana alam terjadi, baru
semua lapisan masyarakat menyadari bahwa hutan merupakan faktor yang urgen
terhadap manusia. Hanyalah manusia yang dapat untuk memperbaiki dan
melestarikan hutan-hutan yang telah lama gundul dan kerusakan-kerusakan yang
terjadi untuk dibenahi, guna keberlangsungan kehidupan semua makhluk di muka
bumi.
Tidak ada komentar
Posting Komentar