Berbeda Menjadi Negara Bahagia
Doc.Edu|Abu |
Oleh: Mohammad Ainun Najib*
Indonesia mengalami penurunan peringkat yang cukup besar,
dari data hasil laporan Kebahagiaan Dunia oleh PBB pada bulan Mei 2018, yakni mendapat
peringkat 96 dari 156 negara, berada dibawah beberapa negara Asia Tenggara
lainnya. Penurunan peringkat Indonesia, yaitu pada 2016 diperingkat ke-79, 2017
diperingkat 81 dan kini turun 15 angka menjadi urutan 96 dari 156 Negara.. Jika
melihat negara tetangga seperti Malaysia yang mendapatkan peringkat 35, dan
Singapura diperingkat 34 Indonesia jauh dibawah negara tetangga.
Survei Kebahagiaan Dunia melakukan
pengukuran kesejahteraan subyektif, yaitu seberapa bahagia seseorang merasakan
dan kenapa penyebabnya. Dari pertanyaan tersebut, kenapa Indonesia mengalami
penurunan? pada 2016 Indonesia memang menempati peringkat ke-76 lebih baik jika
melihat pada tahun 2017 atau tahun 2018, namun pada tahun itu Indonesia kalah
tiga tingkat dengan Somalia, yang kita tahu bahwa isu yang beredar Indonesia
Somalia adalah negara yang anarkis dan banyak perampok di sekitar wilayah
kelautannya, tapi pada kenyataanya, Somalia pernah berada peringkat lebih atas
dari Indonesia.
Potret situasi dan kondisi sosial di
Indonesia saat ini memang telah terjadi banyak konflik, dari konflik keagamaan,
konflik politik, dan konflik kemanusiaan. Konfik yang mencolok adalah persoalan
saling mencintai, menghargai dan menghormati. Indonesia yang bersemboyan Bhinneka
Tunggal ika -berbeda beda tapi tetap satu, mengalami penurunan nilai dalam
masyarakat. Kalau diamati adalah konflik yang terjadi kebanyakan berasal dari
konflik antar kelompok, baik kelompok agama, kelompok politik atau perseteruan
kelompok lainnya. Memang miris melihat apa yang terjadi yang belawanan dengan
nilai semboyan Indonesia, yang lebih mengedepankan persatuan namun
memperdebatkan perbedaan.
Mungkin di Indonesia mudah untuk
menambang bumi dan mengeruk ikan-ikan dilaut dan menjadi kaya, namun kita tidak
akan bisa menjadi negara makmur dalam jangka panjang, jika tidak memelihara
lingkungan dan memberi kesejahteraan warga atau warganya tidak bisa menjaga
kesejahteraannya sendiri. Bekal tambang, bekal hasil bumi, dan bekal hasil laut
Indonesia masih punya banyak dan cukup untuk mencukupi, namun tidak akan bertahan
lama jika masyarakatnya terus hidup dalam keadaan yang suka berseteru
menggambarkan rasa saling mencintai, menghargai dan menghormati yang kian hari
kian memburuk.
Sebuah perilaku yang dijalani suatu
masyarakat akan menggambarkan keadilan pula pada suatu negara, jika perilaku
masyarakatnya banyak yang buruk, maka banyak pula melahirkan pejabat-pejabat
yang buruk, bahkan penegak keadilan yang buruk pula, atau kemungkinan lebih
parah akan lahir sebuah sistem sistem buruk yang muncul. Teringat kata- kata
Ir.Soekarno yang mengatakan “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut
semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia” sebuah
kalimat yang ditujukan akan ada banyak harapan yang bisa dicapai jika kita mau
bersatu untuk bersama sama melakukan sesuatu menuju kearah yang lebih baik.
Kita
bisa melihat bagaimana Indonesia ini sangat ingin menjadi negara bahagia dengan
menjaga rasa saling mencintai, menghargai dan menghormati di sekitar masyarakat,
dari mulai negara yang mengakui agama Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan
Konghucu agama yang diyakini lahirlah
semboyannya Bhinneka Tunggal ika yang bermakna berbeda beda tapi tetap
satu, dari dasar negaranya yakni pancasila yang tercantum pada sila ke-dua
yaitu ‘kemanusiaan yang adil dan beradap’, dalam pembukaan Undang-Undang dasar
1945 nya “..... serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”, dibentuknya Undang Undang Hak Asasi Manusia (HAM) No.39 tahun 1999
agar masyarakatnya bisa saling mengahargai, serta aturan aturan kode etik yang
mengatur perilaku pejabantnya agar senantiasa berperilaku baik dalam melayani
masyakarat.
Sudah cukup banyak aturan aturan
negara yang mengatur tentang agar masyarakat Indonesia berperilaku sosial yang
baik dan menuju negara yang baik, bahagia, saling mencintai, menghargai dan
menghormati. Hukuman penjara ataupun tembakan mati bagi pelanggar sosial itu
hanya akan melenyapkan pelaku pelanggar sosial saja, namun ada hal yang lebih
penting dari itu yaitu pendidikan yang memadai supaya mampu memahami serta
kesadaran pribadi untuk senantiasa menjaga kebahagiaan bangsa ini supaya tetap
aman, tentram dan damai serta jauh dari konflik yang berujung pertikaian yang
anarkis.
*Penulis Adalah Mahasiswa Semester 7, Hukum Keluarga
Dan Aktifis Forum Mahasiswa Jombang
Tidak ada komentar
Posting Komentar