Dik, Ini Surat Cinta dari Kakak
Doc.Edu|Nikmah |
Oleh: Abu Aman
Sebelum kakak memulai surat ini, bukan
kakak takut untuk menemuimu. Tetapi surat ini melebihi surat dari pemerintah
yang harus dijaga para serdadu. Bukan pula surat kepentingan dari orang yang berkuasa.
Surat ini benar-benar surat dari kakak, teruntuk adik tercinta. Surat yang
hanya bisa mewakili perasaan kakak saat menjadi mahasiswa baru. Biar adik tidak
merasakan terbebani oleh surat cinta ini. Kakak ucapkan selamat datang di
kampus tercinta dan selamat menikmati waktu menjadi mahasiswa.
Aku sambut dengan duka cita, atas
keberhasilan adik dalam seleksi tes masuk perguruan tinggi ini. Aku menyambut
dengan senyum, seperti pujangga cinta yang tergila-gila akan rasa. Aku
menyambutmu, sambutanku dengan ramah seramahnya. Sehingga kau takut kepadaku,
menatapku saja adik enggang, untuk sekadar menegur tidak mau. Adik melihat
kakak seperti orang yang ketahuan kalau kakak pernah membohongimu.
Adiku tercinta, Adikku tersayang dan
adikku yang malang. Maafkan surat cinta dari kakak ini, sering mengusikmu saat
malam dan siang-entah itu saat tidur ataupun saat ospek yang melelahkan. Surat
dari seorang kakak yang tidak berani bertemu denganmu. Surat yang hanya
selembar tanpa sedikit pesan-pesan yang bermoral.
Mungkin tergambar saat kuliah berangkat
pagi pulang malam. Berangkat dengan mentari yang sejuk, pulang saat mentari
berwarna jingga. Senja yang menandai malam telah tiba, senja yang menuturkan
kalau adik merasa bosan dan letih mengikuti perkulihan lantaran disuguhi materi
dan doktrin tentang sosok mahasiswa yang baik. Menjadi mahasiswa yang akadamis
sudah kewajiban. Namun menjadi mahasiswa aktifis adalah pilihanmu dengan
segudang ritinitas yang menjemukan, tanpa tau kalau orang tua kalian menunggu
di rumah atau merantau dan mendoakan saat menjelang malam.
Sebelum aku melanjutkan surat cinta ini
kepada adik. Izinkan akau sedikit merayumu, tetapi adik jangan tergoda, jika
adik tergoda dengan rayuanku, adik akan menyesal dan marah-marah, jika sudah
tau aku seperti apa.
Kamu cantik, memiliki postur tubuh
tinggi, kulit kuning langsat, dagu yang lancip, hidung mancung, bulu mata yang
merekah, alis yang kecil tetapi tebal, dan seyummu dik, senyummu yang manis
ditambah lesung pipimu. Aku terjebak dilesung pipimu, seperti kisah Nabi Yusuf yang
dilempar ke sumur, menanti para musafir mengambil air. Akupun hanya bisa
menanti adik, menyadarkan atau yang berempati kepadaku.
Sebelumnya izinkan kakak menceritakan
saat kakak saat ospek dulu, berpakain hitam putih dengan atribut yang
diperintahkan. Duduk manis mendengarkan ucapan-ucapan yang menurut kakak
sangatlah berwibawah dan terlintas dibenakku untuk menjadi seperti mereka.
Membentak, memarahi, dan menjadi orang yang serba tahu. Kakak waktu,
lugu-lugunya berasal dari pelosok desa. Rumah kakak bukan desa tetapi pelosok
desa. Sehingga apa yang diucapkan saat ospek benar-benar kakak dengarkan.
Namun, waktu memberitahu kalau kakak
adalah korban para senior, bukan kakak mengjustice bahwa semua senior seperti
itu, tidak semuanya. Dan kepada adikku tersayang, dengarkan suara hatimu. Suara
yang benar-benar adik renungkan dari dalam hati, hasil pikiran dan apa kau baca dari buku-bukumu.
Jadi sebelum surat cinta dari kakak ini
hilang dan mendapatkan kecaman, izinkan kakak menyapamu dengan surat ini. Ternyata
menjadi mahasiswa yang di idolakan saat ospek itu sirna seketika. Dari
pengalaman selama ini, dari bacaan buku diperpustakaan.
Adik, kamu percaya surat cinta dari
kakak ini, bahwa aku tidak ingin seperti kakak mahasiswa yang lemah dan sok
puitis. Kakak hanya bisa menulis,
menulispun banyak yang mencaci bahwa tulisan kakak sangat jelek dan tidak
pantas menulis seperti ini. Dan sebelum surat cinta dari kakak ini berakhir.
Kakak akhiri dengan kalimat sederhana, membacalah dan menulislah. Jangan
seperti kakak, adikku tercinta harus melebihi kakak dan dapat menyelami
kehidupan kampus serta menjadi mahasiswa yang benar-benar mahasiswa.
Tidak ada komentar
Posting Komentar