Sudut Pandang Ibu tentang Pendidikan Jarak Jauh tak Kunjung Usai
Dok. Edu | Tarisa |
Minggu (12/12/2021), Pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak tahun 2020 mengubah cara kerja masyarakat, termasuk aktivitas sekolah. Hari ini seperti biasa kebanyakan sekolah libur. Mungkin bagi kebanyakan murid terimbas pandemi, setiap hari seakan libur.
Karena peraturan pemerintah menghimbau agar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan. Salah satu upaya untuk mencegah tersebarnya Covid-19.
Pagi masih sayu, mentari tak sebenderang biasanya karena awan tipis menghalangi. Kami sedang berjalan santai sembari mencari sarapan di sekitar perumahan Graha Tirta Estate Sidoarjo. Ada sebuah gerobak disamping perempatan. Banyak orang mengantre disana. Ternyata seorang ibu-ibu pedagang gado-gado. Kami ikut mengantre seperti lainnya untuk mendapat sebungkus sarapan.
Di tengah antrean kami bertemu dengan Erni (nama disamarkan). Dia tengah mengantre bersama anaknya yang masih TK. Obrolan kami mengalir begitu saja. Sampai saat ketika Erni curhat tentang Pembelajaran Jarak Jauh( PJJ) kepada kami. Ia amat 'dongkol' dengan sistem sekolah saat ini. Mulai dari tidak efektifnya sistem belajar hingga subsidi kuota yang melenceng sasaran.
Setiap hari ia merasa kepalanya ingin pecah karena melihat anak-anaknya saling rebut Hand Phone (HP).
“Ya iya, pasti sulit mbak. karena apa? anak saya 5, HP-nya 1. Jadi harus rebutan, ‘Tugasku apa? Tugasku apa?’, ujarnya.
Saat kami berbincang buah hati Erni tengah bermain sendiri. Mungkin dia tengah bermain dengan teman khayalannya. Melompat, berputar dan berlari kecil di sekitar kami. Lantas kami menceploskan sebuah pertanyaan yang di jawabnya dengan lugu “Enak ke sekolah", sembari merentangkan tangan meniru pesawat terbang.
Ibu berusia kepala tiga itu juga menyayangkan tentang subsisdi yang tidak tepat sasaran. Jatah kuota bulanan yang harusnya turun pertanggal berlaku. Ternyata hanya seperti janji ketemuan sepasang kekasih, sering telat. "Kadang-kadang 3 bulan baru dapet lagi.” Imbuhnya.
Terlebih lagi sistem pembelajaran yang seringkali hanya membebankan tugas pada murid. Padahal dilansir dari Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Penidikan Dalam Masa Darurat Covid-19, Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim menyebutkan agar pembelajaran tidak hanya bersifat tugas namun juga bimbingan.
“Walaupun banyak sekolah menerapkan belajar dari rumah, bukan berarti gurunya hanya memberikan pekerjaan saja kepada muridnya. Tetapi juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugasnya. Mohon walaupun bekerja dari rumah, mohon siswa-siswa kita juga dibimbing."
Setelah beberapa lama pesanan Erni selesai. Anaknya meloncat kegirangan, mungkin karena bosan menunggu antrian yang seperti kereta. Lantas Erni berpamitan pada kami. Sang anak mendekat kearah kami dan menjulurkan tangan, meminta bersalaman. Pertemuan kami memang singkat, dan mungkin sepele. Namun setidaknya ada rasa lega bisa mendengar curhatan seorang ibu dengan peliknya pendidikan di masa pandemi.
(JN/SA/TA)
Tidak ada komentar
Posting Komentar