Indahnya Buah dari Ketekunan
Hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang, Fara berlari menuju sekolah
dengan tergesa karena sebentar lagi gerbang akan ditutup. Sesampainya Fara di
sekolah, tepat sebelum gerbang ditutup, ia berhenti sejenak untuk menetralkan
nafasnya kemudian kembali berlari menuju kelasnya. Dia beruntung, kelasnya belum ada
guru yang masuk. Hela nafas keluar dari mulutnya. Ia berjalan menghampiri bangkunya yang di sana sudah ada Sandra, teman sebangku Fara, yang merupakan salah satu murid famous
di sekolahnya sebab ia putri dari pemilik sekolah. Fara duduk di
bangku kelas sebelas SMA Taruna Nusantara yang merupakan sekolah bergengsi di
kotanya, hanya orang-orang berduit yang bisa sekolah di sana.
Meskipun Fara merupakan seorang gadis yang berasal dari keluarga kurang mampu, ia bisa sekolah di tempat
yang bergengsi karena kepintarannya yang di atas rata-rata, ia mendapat
beasiswa untuk masuk ke sekolah tersebut. Dia memiliki seorang adik yang
sekarang duduk di kelas tiga sekolah dasar. Ibunya merupakan seorang pedagang pasar,
setiap pagi sebelum sekolah ia selalu membantu ibunya menyiapkan barang
dagangan yang akan dijual ke pasar. Ayah Fara telah meninggal saat Fara masih
duduk di bangku sekolah dasar, sedangkan adiknya masih berumur tiga tahun.
Sepulang sekolah Fara biasa menjajakan dagangan sisa pasar ke kampung-kampung
terdekat.
Kring!
Bel istirahat
berbunyi, para siswa berhamburan menuju kantin sekolah untuk mengisi perutnya
yang kosong setelah belajar di kelas. Fara berjalan menuju perpustakaan untuk
mengulang kembali pelajaran yang telah ia pelajari di kelas tadi. Nasib, tiba-tiba Fara
terjatuh ke lantai karena ada seseorang yang sengaja menjungkalkannya. Ia meringis kesakitan karena lututnya yang terbentur lantai. Sedangkan orang yang tertawa di belakang Fara adalah yang membuatnya terjatuh, puas akan akibat dari tingkahnya, merupakan anak dari salah
satu guru yang mengajar di sekolah tersebut. Bukan sekali dua kali lagi Fara mendapatkan perlakukan tersebut, alasannya adalah Fara anak dari seorang pedagang pasar.
Perbedaan yang sangat menonjol pada Fara membuat mereka dengan seenaknya
merendahkan Fara, tak peduli dia seorang juara kelas ataupun tidak.
Karena tawa Toni, siswa yang menyelakai Fara, tidak berkesudahan, Sandra berlari
mendekati Fara. Dia pun segera menolong Fara dan berniat membawanya
ke UKS tapi Fara menolak karena hal tersebut sudah biasa baginya, tidak perlu
ke UKS untuk mengobati luka memar di lututnya. Meskipun Sandra seorang putri dari
pemilik sekolah, Sandra tidak pernah melakukan hal seenaknya kepada Fara,
malah ia selalu membantu Fara ketika ada siswa yang menjahilinya.
Suatu hari Fara
terkena masalah besar, ada seseorang yang menipu ibunya di pasar sehingga
dagangannya ludes diambil oleh sang penipu. Tentu Fara sangat sedih,
teringat ibunya yang selama ini banting tulang untuk menafkahi
keluarga. Saat ini ibunya sudah tidak memiliki uang untuk modal dagangannya. Karena
kesedihannya itu nilai ulangannya merosot. Dia pun terancam tidak mendapatkan
beasiswa lagi karena nilainya yang tidak sesuai syarat beasiswa.
Hingga suatu
hari Fara teringat bahwa dia memiliki tabungan yang mungkin cukup untuk membuka
usaha. Tabungan itu sudah lama ia kumpulkan sejak ayahnya masih ada di dunia,
tapi akhir-akhir ini dia jarang menabung karena ekonomi keluarga yang tidak
stabil. Uang dan niatnya dirasa cukup untuk membuka warung makan kecil-kecilan di depan rumahnya,
didukung dengan kemampuan memasaknya yang selaras dengan kemampuan akademiknya.
Fara meminta
bantuan Sandra untuk mempromosikan warungnya agar banyak orang yang tertarik
datang ke warung kecilnya. Usaha Sandra membuahkan hasil, orang-orang
berdatangan ke warung Fara untuk sekadar sarapan atau makan siang. Warungnya yang ramai bukan alasan bagi Fara untuk bolos sekolah, ia tetap rajin berangkat sekolah di
tengah keramaian warungnya. Dia mempercayakan warungnya kepada ibunya yang
memang sudah lihai dalam melayani pembeli. Usaha warung makan semakin melesat
sehingga Fara dapat memperkerjakan satu karyawan yang bisa membantu ibunya
ketika ia berangkat sekolah. Tabungan yang awalnya ia buat untuk modal kini
sudah kembali dan semakin bertambah jauh lebih banyak dari sebelumnya.
Teman-teman di sekolahnya pun perlahan mulai menyukai dirinya dan tidak
memandang rendah kepadanya.
Fara bersyukur kepada
Tuhan yang telah mempermudah usaha yang ia rintis dengan baik. Dia berjanji
akan lebih giat dalam belajar. Juara kelas pun selalu dia dapatkan di setiap tahunnya. Tk hanya itu dia pun menjuarai berbagai jenis lomba yang sebelumnya sangat
jarang bisa ia ikuti karena biaya pendaftarannya yang mahal. Dengan keadaan hidupnya kini, ia tak ragu
lagi untuk mendaftar lomba apa pun karena dia sudah memiliki cukup uang untuk
membayar biaya pendaftaran lomba.
Tidak ada komentar
Posting Komentar